Koordinasi, baik tingkat kompetensi keahlian NKPI dan atasan (Kepala Sekolah) sangat intens, sejak tahu bahwa SMK Negeri 4 Kota Bima mewakili zona IV.
Waktu begitu mepet saat kami menerima kisi-kisi soal, namun itu tidak mengurangi semangat bagi kami (tim NKPI) dan siswa Adril Sofihin, dalam.mempersiapakan semuanya, terutama Adril Sofihin, untuk dilatih--dibimbing -- memperkuat dan mempertajam, mengacu kepada kisi-kisi soal membuat miniatur alat tangkap dan merencanakan pelayaran.
Sesuai dengan jadwal yang dikirimkan panitia, bahwa pelaksanaan lomba akan dilaksanakan pada hari Rabu - Kamis, 1-2 September 2021. Dua hari sebelum pemberangkatan, kepala sekolah, Muhammad Suhud, S.Pd, mengunjungi bengkel NKPI, memantau langsung proses pembimbingan (perakitan miniatur alat tangkap purse seine), pada kesempatan itu pula, kepala sekolah langsung breifing, dan memberikan kewenangan kepada tingkat kompetensi keahlian NKPI, untuk menentukan siapa guru yang menjadi pendamping. Karena di tim NKPI, ada 4 orang guru (Ahmad Sulkhan, S.Pd, Asikin, S.Pi, Yusran, S.Pi dan Muhammad Syauki, ST) ditingkat Jurusan disepakati, Pak Asikin untuk mendampingi siswa.
Agar tidak buru-buru saat lomba, kami berangkat atau star dari Bima hari Senin, Tanggal 30 Agustus2021 menuju Mataram dengan menggunakan bis malam langsung indah, nomor kursi 11 dan 12. Pada siang, saat saya masih berada di sekolah, saya menelpon siswa: Adril Sofihin, memberitahu bahwa nanti malam akan berangkat, saya kasih tahu agar lebih awal starnya dari kolo, karena jarak kelurahan kolo ke terminal dara, lebih kurang 40 menit.
Adril Sofihin, berada di terminal dara lebih awal, setelah ia memberi tahu saya, lewat HP, dan saya bilang, " tunggu aja dulu, nanti pak guru menyusul," kataku. "Oh..ya Adril, bis yang yang kita naiki nanti-langsung indah, kamu tanya sama sopir atau agen yang menjual tiket langsung indah, no. kursi kita 11-12, dan kamu bisa menyimpan dulu tas di atas mobilnya, Pak Guru sebentar lagi, menyusul" kata saya menginformasikan kepada Adril
Rencana--setelah lomba akan balik lagi, karena tidak ingin lama-lama, pakaian yang saya bawa dua tiga lembar saja. Setelah semua sudah beres, termasuk berkas (surat ijin siswa dan pendamping dan surat kesehatan). Ba'da magrib setelah usai sholat, saya keluar dari rumah, diantar oleh istri sampai ke terminal. Di terminal, saya langsung menuju bis langsung indah, suasana terminal begitu riuh, bis antar kota dalam propinsi bejejer menghadap utara semua--bis langsung indah yang berada kedua dari timur, yang kami naiki, tertulis di depan kacanya : Bima-Mataram-Surabaya (PP).
Saya berada di atas bis dan menempatkan tas ransel di atas rak tempat duduk. Kemudian saya turun dari mobil, berniat mencari Adril. Saya mendengar panggilan Pak Guru, mata saya mengarah ke sumber suara. Tampak Adril Sofihin, Rufendi (siswa: temannya), mama dan adiknya, dan di sebelahnya Pak Yusran (K3) hadir juga untuk mengantar Adril. Ketika saya sudah berada ditengah-tengah mereka, dari sebelah barat muncul seorang laki-laki paruh baya yang tidak asing bagi saya, brewok dan berjanggut dan wajahnya memilki ciri khas, punya tahi lalat yang besar di pipinya, dia adalah seorang tokoh di keluraham kolo--ia dikenal dengan nama kerennya Zaki (saya biasa memanggilnya Om Jek)-ia bernama asli Arifin, ia cukup ramah, dan menjabat tangan saya, dan bilang," Adril ini anak saya,"katanya dengan dgn senyum memberi tahu saya. "Adril luar biasa, menjadi utusan dan mewakili Kab. Bima, Kota Bima dan Dompu untuk mengikuti LKS di bidang Nautika,"kata saya memberi tahu om jek. "Terima kasih pak guru,"jawabnya.
Sesaat kemudian, hadir juga kepala sekolah yang ditemani istri dan anaknya, mengantar Adril untuk memberikan semangat. Sebelum kami naik di atas bis, kami berfoto--foto sebagai kenangan.
Beberapa mobil sudan keluar dari terminal, giliran bis langsung indah, memberi sinyal, dengan membunyikan klason agar para penumpang yang masih berada di bawah untuk segera naik di atas bis. Kamipun beranjak, setelah bersalaman.
Kalimat -- semoga sukses--terdengar seiring kaki kami mengayun naik di atas bis langsung indah, dengan suara mesin mercynya terdengar dari tadi (bersambung)
Agar tidak buru-buru saat lomba, kami berangkat atau star dari Bima hari Senin, Tanggal 30 Agustus2021 menuju Mataram dengan menggunakan bis malam langsung indah, nomor kursi 11 dan 12. Pada siang, saat saya masih berada di sekolah, saya menelpon siswa: Adril Sofihin, memberitahu bahwa nanti malam akan berangkat, saya kasih tahu agar lebih awal starnya dari kolo, karena jarak kelurahan kolo ke terminal dara, lebih kurang 40 menit.
Adril Sofihin, berada di terminal dara lebih awal, setelah ia memberi tahu saya, lewat HP, dan saya bilang, " tunggu aja dulu, nanti pak guru menyusul," kataku. "Oh..ya Adril, bis yang yang kita naiki nanti-langsung indah, kamu tanya sama sopir atau agen yang menjual tiket langsung indah, no. kursi kita 11-12, dan kamu bisa menyimpan dulu tas di atas mobilnya, Pak Guru sebentar lagi, menyusul" kata saya menginformasikan kepada Adril
Rencana--setelah lomba akan balik lagi, karena tidak ingin lama-lama, pakaian yang saya bawa dua tiga lembar saja. Setelah semua sudah beres, termasuk berkas (surat ijin siswa dan pendamping dan surat kesehatan). Ba'da magrib setelah usai sholat, saya keluar dari rumah, diantar oleh istri sampai ke terminal. Di terminal, saya langsung menuju bis langsung indah, suasana terminal begitu riuh, bis antar kota dalam propinsi bejejer menghadap utara semua--bis langsung indah yang berada kedua dari timur, yang kami naiki, tertulis di depan kacanya : Bima-Mataram-Surabaya (PP).
Saya berada di atas bis dan menempatkan tas ransel di atas rak tempat duduk. Kemudian saya turun dari mobil, berniat mencari Adril. Saya mendengar panggilan Pak Guru, mata saya mengarah ke sumber suara. Tampak Adril Sofihin, Rufendi (siswa: temannya), mama dan adiknya, dan di sebelahnya Pak Yusran (K3) hadir juga untuk mengantar Adril. Ketika saya sudah berada ditengah-tengah mereka, dari sebelah barat muncul seorang laki-laki paruh baya yang tidak asing bagi saya, brewok dan berjanggut dan wajahnya memilki ciri khas, punya tahi lalat yang besar di pipinya, dia adalah seorang tokoh di keluraham kolo--ia dikenal dengan nama kerennya Zaki (saya biasa memanggilnya Om Jek)-ia bernama asli Arifin, ia cukup ramah, dan menjabat tangan saya, dan bilang," Adril ini anak saya,"katanya dengan dgn senyum memberi tahu saya. "Adril luar biasa, menjadi utusan dan mewakili Kab. Bima, Kota Bima dan Dompu untuk mengikuti LKS di bidang Nautika,"kata saya memberi tahu om jek. "Terima kasih pak guru,"jawabnya.
Sesaat kemudian, hadir juga kepala sekolah yang ditemani istri dan anaknya, mengantar Adril untuk memberikan semangat. Sebelum kami naik di atas bis, kami berfoto--foto sebagai kenangan.
Beberapa mobil sudan keluar dari terminal, giliran bis langsung indah, memberi sinyal, dengan membunyikan klason agar para penumpang yang masih berada di bawah untuk segera naik di atas bis. Kamipun beranjak, setelah bersalaman.
Kalimat -- semoga sukses--terdengar seiring kaki kami mengayun naik di atas bis langsung indah, dengan suara mesin mercynya terdengar dari tadi (bersambung)
EmoticonEmoticon